Latest Post
Tampilkan postingan dengan label biografi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label biografi. Tampilkan semua postingan
Selasa, 13 Desember 2016
Biografi Salafush Sholeh Abdurrohman bin Auf
ABDURROHMAN bin AUFرضي الله عنه
Saudagar Sholih yang Dermawan
Saudagar Sholih yang Dermawan
Ustadz Abu Faiz Sholahuddin bin Mudasim حفظه الله
NAMA DAN KISAH BELIAU
Beliau adalah salah satu kibar ash-shohabah (pembesar sahabat) dan sahabat
yang diberi kabar gembira dengan surga, serta termasuk sahabat pertama yang
masuk Islam.
Beliau bernama Abu Muhammad Abdurrohman bin Auf bin Abdi Auf bin Abd bin al-Harits
bin Zahroh bin Kilab bin Murroh, Di masa jahiliah beliau dipanggil Abdu Amri
atau Abdul Ka'bah.
Kemudian setelah keislamannya, Rosululloh صلى الله عليه وسلم
mengganti nama beliau menjadi Abdurrohman.
Dan dialah Abdurrohman bin Auf رضي
الله عنه yang akan menorehkan dengan tinta emas sejarah kejayaan Islam di
periode pertama umat ini.
Beliau telah meneguhkan hati dan menjadikan Islam sebagai agama terakhirnya
sebelum Rosululloh صلى الله عليه وسلم berkumpul dengan para sahabatnya di Darul
Arqom tepatnya dua hari setelah sahabat mulianya Abu Bakar ash-Shiddiq رضي الله
عنه mengikrarkan keislamannya.
Hingga beliau pun mendapatkan bagian seperti apa
yang dirasakan oleh sebagian sahabat lemah di awal-awal Islam, bahkan terpaksa
harus berlari menyelamatkan agamanya ke negeri Habasyah sebagaimana
sahabat-sahabatnya pun berlari.
Beliau tetap bersabar di jalan hidayah,
sebagaimana kawan-kawan setianya. Mereka tetap bersabar melintasi rintangan dan
halangan.
Mereka yakin bahwa setiap onak dan duri yang mereka temui tersebut
tidak lain adalah yang menjadi saksi akan ketinggian derajat mereka kelak di
sisi Robbnya.
Dan tatkala Rosululloh صلى الله عليه وسلم telah memberi izin para sahabatnya
untuk berhijrah ke Madinah maka beliau adalah salah satu sahabat yang terdepan
dalam menjalankan kebaikan.
Sesampainya di Madinah Rosululloh صلى الله عليه وسلم
mempersaudarakan antara sahabat Muhajirin dan Anshor, maka Rosululloh صلى الله
عليه وسلم mempersaudarakan Abdurrohman bin Auf رضي الله عنه dengan salah seorang
muslim Anshor, Sa'ad bin Robi' رضي الله عنه.
Sa'ad berkata kepada Abdurrohman, "Wahai
Saudaraku, sesungguhnya aku adalah di antara penduduk Madinah yang terkaya, aku
memiliki dua kebun dan dua istri.
Lihatlah salah satu dari dua kebun itu yang
terbaik hingga akan aku berikan kepadamu dan lihatlah salah satu istriku yang
engkau suka maka aku akan ceraikan ia, lalu engkau bisa menikahinya."
Namun,
Abdurrohman bin Auf menjawab tawaran baik saudaranya, "Tidak, semoga Alloh
memberkahimu, harta, dan juga keluargamu. Tetapi, tunjukkan saja aku dimana
letak pasar kalian."
Lalu ditunjukkan kepada beliau, kemudian beliau bekerja dan
berdagang sehingga dapat mengais rezeki Alloh yang melimpah.
Tidak berselang
lama, Abdurrohman bin Auf telah meminang seorang wanita Anshor lalu menikahinya,
kemudian beliau datang menemui Rosululloh صلى الله عليه وسلم dengan
wangi-wangian khas pengantin.
Maka Rosululloh bertanya keheranan, "Ada apa ini?" Abdurrohman رضي الله عنه menjawab "Aku baru saja menikahi wanita Anshor."
Rasululloh صلى الله عليه وسلم bertanya lagi, "Berapa besar engkau berikan
maharnya?" Ia menjawab, "Seukuran satu nawat1 emas."
Lalu terucaplah dari bibir
Rosululloh صلى الله عليه وسلم sebuah sunnah bagi umat ini di hari yang paling
bahagia, yang sunnah itu akan tetap hingga hari kiamat, "Adakanlah walimah
sekalipun hanya dengan seekor kambing."2
1. Satu nawat sama dengan 5 dirham, yaitu sekitar 15 gram perak murni,
tepatnya 14,875 gram perak murni.
2. Lihat HR. al-Bukhori: 1944.
@ Copyright 1438 H/ 2016 M
Untuk Umat Muslim
Sumber: Majalah Al-Furqon No.115 Ed 12 Th. Ke-10_1432 H
Dasalin dari WWW.IBNUMAJJAH.COM
Lihat Juga;
KEDERMAWANAN BELIAU
Sumber Artikel : IBNUMAJJAH.COM
Saran Saudara tentang untuk meningkatkan halaman ini.
Artikel :
Perum Duta Asri Palem 3
Selasa, 17 Desember 2013
Biografi - Raden Adjeng Kartini
Raden Adjeng Kartini (lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 – meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun) atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini[1] adalah seorang tokoh suku Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.
Kami Ucapkan Jazakumullohu khaeran - terimakasih atas kunjungan anda di website kami dan juga partisipasi anda . Semoga bermanfaat bagi diri kami dan bagi anda semua,. Barakallohufiikum..
Sumber : id.wikipedia.org
Artikel : Cluster Duta Asri Palem 3
Biografi
Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dariNyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI.
Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dariNyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI.
Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupatiberisterikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi[2], maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.
Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.
Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, Soesalit Djojoadhiningrat, lahir pada tanggal 13 September1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarangpada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.
Kami Ucapkan Jazakumullohu khaeran - terimakasih atas kunjungan anda di website kami dan juga partisipasi anda . Semoga bermanfaat bagi diri kami dan bagi anda semua,. Barakallohufiikum..
Sumber : id.wikipedia.org
Artikel : Cluster Duta Asri Palem 3
Langganan:
Postingan (Atom)